widgets

Kamis, 02 Maret 2017

TEORI PERMINTAAN UANG


1.      Teori Permintaan Uang Keynesian
Uang diinginkan bukan karena uang itu sendiri, melainkan fungsi uang tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi. Teori permintaan uang menurut Keynes, menyatakan bahwa permintaan uang yang dilakukan oleh masyarakat didasari oleh tiga macam motif, yaitu :
a.       Motif untuk transaksi
b.      Motif untuk spekulasi
c.       Motif untuk berjaga-jaga
Motif transaksi (MDT). Motif ini dilakukan karena orang membutuhkan uang tunai untuk melakukan transaksi pembelian barang dan jasa. Jumlah uang yang diminta untuk motif transaksi ini tergantung pada jumlah pendapatan (Y) orang tersebut, atau dapat dituliskan sebagai berikut :
MDT : f (Y)
 Semakin besar jumlah pendapatannya, maka semakin besar jumlah uang tunai yang diminta untuk melakukan transaksi, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dan pendapatan adalah positif atau searah. Hubungan antara kedua faktor ini dapat dilihat berikut ini :

Pada saat pendapatan konsumen sebesar Y1, maka jumlah uang tunai yang diminta untuk melakukan transaksi adalah sebesar MDT1. Apabila pendapatan naik menjadi Y2, maka permintaan uang untuk transaksi juga akan mengalami kenaikan dari MDT1 menjadi MDT2. Besarnya kenaikan permintaan uang untuk transaksi ini tentunya tidak sama antar orang, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor sosial, budaya dan faktor psikologis masing-masing orang. proporsi kenaikan pendapatan yang digunakan untuk menambah transaksinya dapat dilihat dari kemiringan kurva MDT. Semakin landai kurva MDT maka semakin besar proporsi kenaikan pendapatan yang digunakan untuk membiayai transaksi. Sebaliknya, semakin curam kurva MDT, maka semakin kecil proporsi kenaikan pendapatan yang digunakan untuk membiayai transaksinya.
Motif spekulasi (MDS). Permintaan uang untuk spekulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : pendapatan, tingkat bunga, jumlah kekayaan, keuntungan, sikap optimisme, dan pesimisme seseorang. Tujuan utama dari motif transaksi ini adalah untuk mencari keuntungan dari permintaan uang tersebut. Dalam kegiatan perekonomian yang semakin maju, pasar uang dan pasar modal merupakan sarana untuk melakukan spekulasi. Keterkaitan permintaan uang untuk spekulasi dengan tingkat bunga dapat dituliskan :
MDS =  f (r)
Secara grafis, hubungan antara permintaan utnuk spekulasi dan tingkat bunga adalah sebagai berikut :

Hubungan antara permintaan uang untuk spekulasi dan tingkat bunga ditunjukkan dengan kemiringan negatif, artinya penurunan tingkat bunga akan mendorong orang untuk meningkatkan permintaan uang untuk spekulasi. Pada tingkat bunga rA jumlah uang yang diminta untuk spekulasi sejumlah MA, sedangkan apabila tingkat bunga mengalami penurunan menjadi rB, maka permintaan uang untuk spekulasi akan mengalami peningkatan menjadi MB.
Tingkat bunga (r) yang sangat rendah akan mengakibatkan harga obligasi sangat tinggi sehingga orang cenderung tidak menginvestasikan uangnya untuk membeli obligasi. Selain itu tingkat bunga di masa lalu juga akan mempengaruhi orang dalam menginvestasikan uangnya.
Motif berjaga-jaga (MDP). Seperti halnya permintaan uang untuk transaksi, motif berjaga-jaga berhubungan erat dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan maka semakin besar jumlah uang yang digunakan untuk berjaga-jaga. Keterkaitan permintaan untuk berjaga-jaga dengan tingkat pendapatan dapat dituliskan bentuk persamaan berikut :
MDP = f (Y)
Motif ini didasari adanya suatu yang tidak pasti dan orang tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga pengeluaran untuk peristiwa tidak pasti dapat diperkirakan pula.
2.      Teori Kuantitas Uang Neo-Klasik
Menurut pandangan kelompok neo-klasik, uang tidak dapat memberi kepuasan secara langsung. Uang akan berarti setelah ditukarkan dengan barang-barang yang dapat memberi kepuasan secara langsung kepada pemegang uang. Uang dapat dipergunakan untuk transaksi pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan sehingga semakin banyak uang yang dimiliki, maka semakin banyak barang dan jasa yang dapat dibeli dengan uang tersebut. Menurut pandangan neo-klasik, jumlah uang beredar dikalikan dengan kecepatan peredaran uang sama dengan tingkat harga rata-rata dikalikan dengan transaksi pada periode yang bersangkutan. Secara matematis, teori kuantitas uang menurut pandangan neo-klasik dapat dituliskan sebagai berikut :
MV = PT
M        = jumlah uang beredar pada satu periode
V         = kecepatan peredaran uang
P          = harga rata-rata satu periode

T          = banyaknya transaksi periode 

KONSEP UANG BEREDAR

Konsep Uang Beredar di Indonesia
Di Indonesia, konsep uang beredar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :
1.      Uang beredar dalam arti sempit
2.      Uang beredar dalam arti luas
Uang beredar dalam arti sempit yaitu jumlah uang yang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral yang digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Dalam istilah ekonomi moneter, konsep ini dikenal dengan istilah narrow money, yang secara matematis dapat dituliskan :
M1 = C + D
M1          : Uang beredar dalam arti sempit
C         : Uang kartal
D         : Uang giral
Uang kartal adalah jenis uang yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) yang digunakan oleh masyarakat secara umum. Uang kartal ini terdiri dari dua bentuk yaitu :
a.       Uang kertas
b.      Uang logam
Uang kartal yang digolongkan dalam jumlah yang yang beredar hanya uang kartal yang beredar di masyarakat. Uang ketas dan uang logam yang masih berada di Bank Indonesia dan belum beredar di masyarakat, bukan digolongkan sebagai uang kartal, karena tidak digunakan oleh masyarakat umum. Nilai uang logam yanga ada saat ini nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Hal ini untuk menghindari bila terjadi inflasi maka nilai logamnya lebih bessar daripada nilai nominalnya. Bila hal ini terjadi, maka akan mendorong orang untuk melebur uang koin menjadi logam biasa, karena ini lebih menguntungkan.
Uang giral atau giro adalah jenis uang logam dalam bentuk saldo rekening giro atau rekening koran yang berada di bank umum dan milik masyarakat. Konsep uang giral digolongkan sebagai uang beredar karena dimiliki oleh masyarakat yang memiliki dan menggunakannya. Saldo rekening koran milik bank umum yang disimpan pada bank lain tidaklah digolongkan sebagai uang giral. Rekening koran yaitu rekening pada sebuah bank yang dapat diambil dengan cara menerbitkan cek dengan maksimum sejumlah uang yang disimpan atas permintaan pemegang cek.
                   Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Sempit
Tahun 1999-2001 (Miliar Rupiah)
Rincian
1999
2000
2001
Uang Kartal
58.553
72.371
68.325
Uang Giral
66.280
89.815
101.638
Uang Beredar M1
124.833
162.186
169.963
Uang Kuasi
521.527
584.842
638.551
Uang Beredar M2
646.360
747.028
808.514

Uang beredar dalam arti luas atau broad money adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Dengan kata lain, uang beredar dalam arti luas terdiri dari uang beredar dalam arti sempit ditambah dengan uang kuasi. Secara matematis uang beredar dalam arti luas dapat dituliskan :
M2 = C+D+T
Atau
M2 = M1+T
M2            : uang beredar dalam arti luas
T   : deposito berjangka
 Uang kuasi merupakan suatu bentuk asset yang fungsi dan cirinya “mendekati” fungsi uang tunai. Disebut mendekati karena uang kuasi dapat digunakan untuk melakukan transaksi dalam kegiatan ekonomi, tetapi bentuk asset ini memiliki tingkat likuiditas seperti uang tunai. Bentuk uang kuasi yaitu deposito berjangka dan tabungan. Untuk mengubah uang kuasi menjadi uang tunai, maka pemilik kan mengalami kesulitan karena harus mencairkannya dari bank dan pemilik akan kehilangan kesempatan mendapatkan bunga.